Perkembangan teknologi dan informasi mengalami kemajuan pesat dengan kemajuan pada bidang informasi dan teknologi. Era tersebut biasa disebut dengan era digital, yaitu era dimana teknologi informasi menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa terpisahkan. Penggunaan perangkat elektronik seperti smartphone, tablet, dan komputer telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk anak-anak. Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat, terdapat kekhawatiran yang semakin meningkat mengenai pengaruh gadget tersebut untuk kesehatan emosional anak.
Selama beberapa tahun terakhir, anak-anak yang lahir dalam revolusi digital telah dikelilingi oleh berbagai jenis teknologi, bahkan sejak usia dini pun banyak yang sudah terpapar oleh teknologi, mulai dari televisi hingga gadget. Salah satu bentuk perwujudannya adalah meningkatnya kecenderungan orang tua menggunakan gadget sebagai alat sebagai mengelola emosi anak-anaknya, terutama emosi negatif.
Perilaku Anak Di Era Digitalisasi
Akhir-akhir ini sering ditemukan orang tua yang memberikan gadget untuk anaknya. Peran orang tua yang dulunya sebagai teman bermain bagi anaknya, kini telah digantikan oleh gadget. Padahal masa perkembangan anak adalah masa dimana tumbuh dan berkembangnya fisik maupun psikis. Di masa ini, anak harus banyak bergerak agar tumbuh kembangnya optimal. Apabila aktivitas anak hanya asyik dengan gadgetnya, kemungkinan perkembangan dan pertumbuhan anak akan kurang optimal.
Sedangkan emosi merupakan bentuk ungkapan yang muncul dari dalam diri, yang disebabkan oleh kondisi dari lingkungan sekitar yang sesuai ataupun tidak dengan keinginan diri. Emosi yang muncul dalam diri adalah bentuk reaksi akibat adanya tekanan atau suatu hal yang menjadikan orang memunculkan emosinya.
Anak-anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Dimana sikap marah dan iri hati menjadi contoh emosi yang sering diperlihatkan. Banyak hal yang akan memberi pengaruh kepada cara anak mengekspresikan emosinya, baik melalui kata-kata ataupun tingkah laku. Seharusnya kemajuan digital dapat membuat anak menjadi mudah dalam mempelajari tentang berbagai konsep emosi melalui tayangan dan berbagai fitur lainnya. Bahkan emosi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata seperti sedih, bahagia, kecewa, marah, terkejut, takut, dan cinta pun akan mudah disampaikan kepada anak melalui media.
Meskipun demikian, ternyata media berdampak negatif terhadap perkembangan emosi. Saat ini, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu dengan gadget daripada berinteraksi dengan teman sebayanya. Padahal lingkungan sosial memiliki pengaruh signifikan untuk emosi anak, sedangkan dengan gadget justru dapat menumbuhkan sifat egois. Bahkan gadget juga dinilai berkontribusi pada ketidakstabilan emosi pada anak.
Emosi yang tidak stabil adalah hal yang perlu diwaspadai dalam perkembangan anak dan harus dikembangkan sedini mungkin. Emosi dapat mempengaruhi keberhasilan hidup anak karena kehidupan anak setelah dewasa kelak dipengaruhi oleh komponen kecerdasan emosi. Jika mampu mengoordinasikan emosinya dengan baik, maka dapat mendorong diri untuk menjadi kekuatan dalam bertindak yang nantinya akan menentukan keberhasilan.
Dampak Positif
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas anak
Teknologi bisa digunakan untuk mengetahui hal-hal yang baru dan dapat menunjang kreatifitas anak. Misalnya, anak dapat menciptakan seni digital, musik, dan video, serta hal lain yang dapat diciptakan dengan teknologi. Sehingga hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pembelajaran, dimana membantu menumbuhkan rasa ingin tahu dan mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi ide baru.
Memperluas relasi dan memudahkan komunikasi
Sosial media menjadi penyebab dari era digitalisasi, sebab sosial media dapat memperluas jaringan atau relasi pertemanan. Dengan begitu kita juga akan mudah untuk berbagi informasi bersama teman bahkan orang lain sekalipun.
Meningkatkan Keterampilan Komunikasi
Teknologi telah membuat komunikasi menjadi lebih mudah diakses oleh anak-anak. Bagi anak yang kesulitan dengan keterampilan sosial, tentu saja hal ini dapat memudahkan mereka karena teknologi dapat menjadi wadah untuk membangun hubungan dan melatih keterampilan komunikasi mereka.
Dampak Negatif
Mengganggu Kesehatan
Efek radiasi dari teknologi sangat berbahaya dari gadget dapat mengganggu kesehatan manusia, terutama pada anak berusia 12 tahun kebawah. Efek radiasi yang berlebihan dapat mengakibatkan penyakit kanker dan menganggu kesehatan mental anak ketika mereka menonton fitur yang belum pantas mereka tonton. Anak yang menggunakan teknologi berlebihan juga berisiko mengalami kecanduan yang dapat memengaruhi kehidupan pribadi mereka.
Dapat mengganggu perkembangan emosi anak
Seiring dengan berkembangnya era digital, kualitas gadget pun semakin beragam dengan fitur yang semakin canggih seperti, kamera, video, games dan lain-lain. Namun, ternyata semua itu dapat mengganggu proses perkembangan emosi seseorang terutama anak–anak. Fitur yang semakin canggih dinilai dapat membuat anak menjadi acuh atau tidak peduli dengan lingkungan sekitar, bahkan menumbuhkan sikap egois.
Dapat mempengaruhi fisik, perilaku dan produktifitas anak
Anak yang menghabiskan banyak waktu menggunakan teknologi berisiko menjadi kurang gerak yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik. Selain itu, hal tersebut juga berdampak mengganggu pola tidur anak, sehingga menyebabkan kurangnya jam tidur. Anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu menggunakan teknologi dapat kesulitan berkomunikasi tatap muka dan mengembangkan keterampilan sosial. Selain dampak diatas, penggunaan gadget atau pengaruh dari digitalisasi tersebut sangat berdampak terhadap perkembangan emosi anak yaitu sebagai berikut:
- Anak menjadi lebih tertutup dan pemalu sehingga takut untuk bersosialisasi
- Emosional dan mudah memberontak
- Anak lebih suka bermain gadget daripada bermain dengan temannya
- Sensitif dan mudah tersinggung
- Egois dan sulit membagi waktu antara gadget dan kegiatan lain
- Gangguan tidur, kehilangan fokus, dan masalah kesehatan mental seperti stres dan kecemasan
- Menggangu perkembangan otak karena bagian pada otak anak yaitu PreFrontal Cortex atau bagian didalam otak yang mengontrol emosi, kontrol diri, tanggung jawab
Peran Orang Tua Dalam Penggunaan Gadget
Penting bagi orang tua menetapkan pedoman yang sehat pada penggunaan teknologi serta mendorong anak agar terlibat dalam kegiatan yang mendukung aktivitas fisik, pola tidur yang sehat, dan keterampilan sosial yang kuat. Dengan mengembangkan pendekatan yang seimbang terhadap penggunaan teknologi, kita dapat memastikan bahwa anak-anak memperoleh manfaatnya sekaligus menghindari dampak buruknya.
Peran orangtua dalam mendampingi penggunaan gadget pada anak dapat dilihat melalui kesediaan dan keterlibatan orangtua setiap mendampingi anak. Bentuk keterlibatan orangtua dalam mendampingi penggunaan gadget pada anak juga berbeda antara ayah dan ibu. Keterlibatan sebagian besar ayah yaitu lebih membiarakan anak menonton video di youtube dan ikut serta dalam memakai gadget. Sedangkan Keterlibatan sebagian besar ibu yaitu turut bermain gadget bersama anak dan mengarahkan anak untuk membuka aplikasi atau konten yang positif dan bermanfaat bagi pembelajaran anak antara lain mengajari anak mengenal warna, mengenal nama tumbuhan dan hewan, belajar membaca dan berhitung, serta mengenal berbagai lagu anak-anak.
Perkembangan emosi pada anak membutuhkan perhatian khusus dari orang tua, mengingat paparan teknologi yang semakin tinggi. Disisi lain, teknologi ini dapat memberikan akses informasi yang luas dan kesempatan belajar. Namun, berisiko juga mengganggu perkembangan emosi jika tidak dibatasi dengan bijak. Perkembangan emosi menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua sejak dini maka perlu adanya upaya orang tua dalam mengembangkannya secara optimal. Oleh karena itu, pentingnya untuk menciptakan keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan interaksi langsung yang kaya akan nilai empati, komunikasi, dan kasih sayang. Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang matang secara emosional, mampu beradaptasi, serta memiliki hubungan yang sehat di dunia nyata maupun dunia digital.