Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan dari tubuh. Ketika ginjal berhenti berfungsi normal, kondisi yang disebut gagal ginjal dapat terjadi. Salah satu komplikasi serius yang bisa muncul pada pasien gagal ginjal, terutama yang menjalani dialisis peritoneal, adalah acute peritonitis atau peradangan akut pada peritoneum.
Acute Peritonitis dan Dampaknya pada Ginjal
Acute peritonitis adalah infeksi serius yang terjadi pada peritoneum, yaitu selaput tipis yang melapisi bagian dalam perut dan organ-organ di dalamnya. Kondisi ini sering menjadi komplikasi pada pasien yang menjalani dialisis peritoneal (CAPD), sebuah metode cuci darah di mana cairan dialisis dimasukkan ke dalam rongga perut melalui selang untuk menyaring limbah. Infeksi dapat terjadi jika bakteri masuk ke dalam peritoneum melalui selang CAPD yang terpasang.
Gejala acute peritonitis bisa meliputi:
- Nyeri perut hebat
- Demam
- Cairan dialisis menjadi keruh
- Mual dan muntah
- Pembengkakan perut
Jika tidak segera ditangani, acute peritonitis dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang semakin parah, bahkan berujung pada kondisi di mana seluruh fungsi ginjal berhenti total.
Pentingnya Pencegahan untuk Menghindari Acute Peritonitis
Para orang tua bisa mencegah terjadinya penyakit ini dengan cara sebagai berikut:
- Rutin mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas dan sebelum makan
- Selalu membersihkan peralatan makan
- Segera mencari perawatan medis jika anak mengalami gejala radang usus buntu seperti: nyeri perut, demam, mual, muntah, dan perubahan pola BAB.
Kisah Jihan: Perjuangan Melawan Kerusakan Ginjal Total
Kondisi Jihan, seorang balita yang belum genap berusia 2 tahun, adalah contoh nyata betapa berbahayanya acute peritonitis dan gagal ginjal. Tubuh mungil Jihan kini hanya bisa terbaring lemah. Kedua ginjalnya telah kehilangan fungsinya sepenuhnya, dan hidupnya kini bergantung pada selang CAPD yang terpasang di perutnya sebagai pengganti fungsi ginjal.
Dokter telah mendiagnosis Jihan menderita acute peritonitis akibat ginjalnya yang tidak berfungsi normal. Sayangnya, kondisi ini telah berkembang hingga seluruh ginjal Jihan mengalami kerusakan parah. Jihan kini sangat membutuhkan operasi cangkok ginjal yang biayanya mencapai ratusan juta rupiah.
Namun, beban finansial yang sangat besar ini menjadi tantangan berat bagi keluarga Jihan. Ayahnya hanyalah seorang nelayan kecil yang sehari-hari melaut di sekitar tempat tinggal mereka di Tanjung Jabung Barat, Jambi. Bahkan, kini sang ayah tidak lagi bisa bekerja karena harus menemani istrinya merawat Jihan yang bolak-balik ke rumah sakit. Di tengah keterbatasan ini, kondisi Jihan terus memburuk.
Pentingnya Deteksi Dini dan Dukungan Komunitas
Kisah Jihan menggarisbawahi urgensi deteksi dini dan akses terhadap penanganan medis yang memadai untuk kasus gagal ginjal dan komplikasinya seperti acute peritonitis. Dukungan dari komunitas, pemerintah, dan individu sangat dibutuhkan untuk meringankan beban keluarga yang berjuang seperti keluarga Jihan.