Kanker adalah penyakit kompleks yang tak hanya menyerang fisik, tetapi juga mental dan sosial penderitanya. Salah satu jenis kanker langka yang bisa menjadi tantangan besar adalah Leiomyosarcoma. Ini adalah jenis kanker jaringan lunak yang berkembang dari sel-sel otot polos, yang dapat ditemukan di hampir setiap bagian tubuh, termasuk organ-organ dalam, pembuluh darah, dan kulit.
Apa Itu Leiomyosarcoma?
Leiomyosarcoma adalah jenis sarkoma jaringan lunak yang agresif. Sarkoma sendiri adalah kanker yang tumbuh di jaringan pendukung tubuh, seperti tulang, otot, lemak, atau pembuluh darah. Leiomyosarcoma secara khusus berasal dari sel otot polos. Gejala dan lokasi tumor bervariasi tergantung di mana sel kanker itu terbentuk, namun beberapa tanda umum bisa meliputi:
- Munculnya benjolan yang bisa tumbuh cepat.
- Nyeri atau bengkak di area tumor.
- Kelemahan atau kesulitan bergerak jika tumor menekan saraf atau otot.
- Gejala lain yang spesifik tergantung pada organ yang terpengaruh (misalnya, masalah pencernaan jika di usus, atau gangguan pernapasan jika di paru-paru).
Diagnosis leiomyosarcoma seringkali memerlukan biopsi dan pemeriksaan pencitraan lanjutan. Penanganannya umumnya melibatkan kombinasi operasi, radioterapi (sinar), dan kemoterapi.
Kisah Zahra: Perjuangan Tanpa Henti Melawan Leiomyosarcoma
Kisah Zahra, seorang pejuang leiomyosarcoma yang masih muda, menggambarkan betapa beratnya perjalanan ini. Zahra harus menghadapi tak hanya rasa sakit fisik, tapi juga isolasi sosial. “Sejak sakit, aku gak punya teman. Mereka jijik dan takut tertular,” ungkap Zahra, mencerminkan stigma yang masih sering menyertai penderita kanker.
Perjalanan Zahra dimulai pada 2019. Saat itu, ia terjatuh sepulang sekolah dan melukai matanya. Tak lama setelah itu, benjolan kecil muncul di kelopak matanya. Orang tuanya segera memeriksakan Zahra ke Puskesmas, namun kondisinya mengharuskan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit besar. Setelah serangkaian tes, Zahra didiagnosis mengidap leiomyosarcoma. Sejak saat itu, ia harus menjalani tahapan pengobatan intensif, mulai dari kemoterapi, terapi radiasi (sinar), hingga operasi.
Selama lima tahun terakhir, rumah sakit di kota telah menjadi tujuan rutin bagi Zahra dan orang tuanya. Dari Kampung Cipanas, Desa Sukaluyu, Kecamatan Cijati, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, perjalanan bolak-balik ini membutuhkan biaya ratusan ribu rupiah untuk transportasi setiap kali kunjungan, belum termasuk akomodasi. Seringkali, sang ibu terpaksa berpuasa demi menghemat biaya saat mengantar Zahra berobat.
Meski lima tahun telah berlalu, dan tabungan kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani kian menipis, kondisi Zahra belum sepenuhnya pulih. Ia masih sering mengalami mimisan dan sakit kepala yang membuatnya lemas. Bahkan, ketika menangis, air matanya hanya bisa keluar melalui lubang hidungnya, menunjukkan kompleksitas kondisi yang ia alami. Zahra masih harus menjalani observasi untuk menentukan langkah operasi dan pengobatan berikutnya.
Kisah Zahra adalah pengingat penting bagi kita semua: penderita kanker membutuhkan lebih dari sekadar pengobatan medis. Mereka juga membutuhkan dukungan sosial dan empati untuk melawan stigma serta isolasi yang seringkali mereka hadapi. Mengedukasi diri sendiri tentang kanker dan jenis-jenisnya, seperti leiomyosarcoma, adalah langkah awal untuk membangun lingkungan yang lebih pengertian dan mendukung.