Rumah Asuh telah melaksanakan webinar tentang digitalisasi parenting. Dari webinar ini, para audiens menyadari bahwa era digital membawa tantangan dan kesempatan baru dalam dunia parenting. Anak-anak yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi, khususnya Generasi Z dan Generasi Alpha, memiliki karakteristik yang unik. Mereka adalah anak-anak yang akrab dengan gadget, internet, dan media sosial sejak dini. Oleh karena itu, pendekatan mendidik mereka pun tidak bisa lagi sama dengan pola asuh orang tua kita dulu.
Memahami Perbedaan dan Kebutuhan Masing-Masing Generasi
Langkah pertama dalam mendidik Gen Z dan Gen Alpha adalah memahami perbedaan mendasar di antara mereka.
- Generasi Z (lahir sekitar 1997-2012) adalah digital native pertama yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan ponsel pintar. Mereka menghargai originalitas, transparansi, dan sering kali lebih sadar isu sosial.
- Generasi Alpha (lahir sekitar 2013-sekarang) adalah generasi yang sepenuhnya terlibat dalam dunia digital. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa tablet, AI, atau streaming video. Mereka terbiasa dengan interaksi yang instan dan personalisasi.
Baik Gen Z maupun Gen Alpha memiliki satu kesamaan: mereka adalah pemikir logis dan kritis. Mereka tidak akan menerima begitu saja larangan tanpa alasan yang jelas. Ketika kita meminta mereka untuk tidak terlalu lama bermain gadget, mereka tidak akan puas hanya dengan jawaban “pokoknya nggak boleh”. Mereka butuh penjelasan logis dan relevan.
Strategi Mendidik di Era Digital
Menghadapi tantangan ini, ada beberapa strategi digitalisasi parenting yang bisa diterapkan:
- Komunikasi Terbuka dan Logis: Alih-alih melarang, ajaklah anak berdiskusi. Jelaskan dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan, seperti risiko kesehatan mata, kurangnya interaksi sosial, atau bahaya konten yang tidak sesuai usia. Gunakan analogi yang mudah mereka pahami, misalnya, “Main game itu seru, tapi setiap game ada batas waktunya kan? Kalau kita paksa main terus sampai lupa istirahat, kita malah kalah dan nggak bisa menikmati game lainnya. Istirahat itu penting biar kita bisa menang di game berikutnya.”
- Menjadi Pendamping, Bukan Pengontrol: Dampingi anak saat mereka menggunakan gadget. Kenali aplikasi atau game yang mereka mainkan. Manfaatkan momen ini untuk mengajarkan literasi digital, seperti cara membedakan berita palsu, etika berkomunikasi di media sosial, dan pentingnya menjaga privasi.
- Membuat Kesepakatan Bersama: Libatkan anak dalam membuat aturan. Tentukan durasi bermain gadget, batasan aplikasi, dan area di rumah di mana gadget tidak boleh digunakan (misalnya: meja makan atau kamar tidur). Aturan yang dibuat bersama akan lebih mudah ditaati daripada aturan yang hanya datang dari satu pihak, yaitu orang tua.
- Menawarkan Alternatif Kegiatan Menarik: Gadget menjadi pilihan utama karena mudah dan menarik. Tugas orang tua adalah menawarkan kegiatan lain yang tak kalah seru. Ajak mereka bermain di luar, bereksperimen di dapur, atau pergi ke perpustakaan atau bahkan membaca buku di rumah. Tunjukkan bahwa ada banyak hal menarik selain gadget.
- Menjadi Contoh yang Baik: Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Kurangi penggunaan gadget di depan mereka, terutama saat sedang berkumpul. Jika orang tua sendiri selalu sibuk dengan gadget, akan sulit bagi anak untuk mengikuti aturan yang dibuat.
Penutup
Mendidik Gen Z dan Gen Alpha di era digital memang tidak mudah, namun ini adalah kesempatan bagi kita untuk tumbuh bersama. Melalui komunikasi yang efektif dan pendekatan yang suportif, kita dapat membimbing mereka menjadi individu yang cerdas, bertanggung jawab, dan bijak dalam menggunakan teknologi.