Desember 2025 – Indonesia tengah menghadapi tekanan serius akibat krisis iklim yang kian nyata. Dalam beberapa pekan terakhir, bencana hidrometeorologi, khususnya banjir bandang dan tanah longsor, melanda berbagai daerah di Indonesia secara beruntun. Pulau Sumatera menjadi salah satu wilayah dengan dampak terparah.
Korban Jiwa dan Kerusakan Masif
Berdasarkan data yang dilansir dari CNBC Indonesia mengutip Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per tanggal 3 Desember 2025, skala bencana ini sangat mengkhawatirkan. Terkonfirmasi jumlah korban meninggal dunia telah bertambah menjadi 811 orang.

Sementara itu, proses pencarian masih terus dilakukan mengingat masih ada 623 orang yang dilaporkan hilang. Bencana ini juga menyebabkan sekitar 2.600-an orang mengalami luka-luka. Secara keseluruhan, lebih dari 3 juta jiwa terdampak langsung oleh bencana ini, kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap kebutuhan dasar.
Ancaman Kesehatan Bagi Anak-Anak
Dampak bencana tidak berhenti saat air surut. Ancaman penyakit kini mengintai para pengungsi, terutama kelompok rentan seperti anak-anak. Dilansir dari Republika, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat lonjakan kasus penyakit pasca-banjir hingga 30 November 2025.

Di wilayah Sumatera Utara, tercatat 92 kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), 23 kasus diare, 42 infeksi jamur kulit, dan 4 dermatitis bakteri pada anak-anak. Kondisi serupa terjadi di Medan dengan 43 kasus ISPA dan 6 diare. Sementara di Padang, ditemukan 80 kasus ISPA, 4 diare, 6 penyakit kulit, dan 4 kasus campak. Data ini menunjukkan urgensi bantuan medis dan sanitasi di lokasi pengungsian.
2025: Tahun Bencana Hidrometeorologi
Data BNPB yang dilansir Antara News menyebutkan bahwa sepanjang Januari hingga November 2025, telah terjadi 2.919 bencana alam di Indonesia. Fakta yang mengejutkan adalah hampir 99% di antaranya disebabkan oleh banjir dan cuaca ekstrem. Angka statistik ini menjadi bukti tak terbantahkan betapa gentingnya situasi iklim di Indonesia saat ini.

Krisis ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan menjadi fenomena regional di Asia Tenggara. Negara tetangga seperti Filipina baru saja dilanda banjir besar akibat Topan Kalmaegi. Malaysia juga mencatat ribuan pengungsi akibat banjir, sementara di Thailand, banjir di wilayah selatan telah menewaskan 162 korban jiwa dan berdampak pada 3,5 juta warganya.
Mari Ulurkan Tangan
Situasi ini memperlihatkan bahwa krisis iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan pahit yang sedang kita hadapi bersama hari ini. Saudara-saudara kita di Sumatera kini tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah keterbatasan.
Mari bantu ringankan perjuangan mereka. Satu kepedulian Kakak Baik sangat berarti untuk menyelamatkan nyawa dan masa depan anak-anak di sana.
Salurkan bantuan terbaik Kakak Baik melalui:
👉 s.id/bantuanaksumatra